Monday, January 7, 2013

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL DAN BUDAYA


Semua aktifitas itu dilakukan oleh semua kalangan, semua golongan, semua umur dari manusia. Tidak memandang dia tua ataupun muda, miskin ataupun kaya, manager maupun staff, di Amerika maupun Indonesia, berkulit putih maupun hitam, dll. Pada intinya dilakukan oleh semua lapisan manusia di bumi ini. Itu semua sudah kodrati dari diri seorang manusia, seperti yang tertulis dalam sebuah artikel tentang Ilmu Sosial Budaya Dasar, manusia itu digolongkan sebagai berikut ini :
1. Manusia sebagai makhluk budaya
2. Manusia dan peradabadan
3. Manusia sebagai individu, makhluk sosial dan mahluk religious
4. Manusia, keragaman dan kesederajatan
5. Manusia, moralitas dan hukum
6. Manusia, sains dan teknologi
7. Manusia dan lingkungan.

Berikut ini adalah pembahasan tentang manusia sebagai makhluk yang sosial dan budaya :

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
       Manusia sebagai makhluk budaya Manusia sebagai makhluk budaya yang berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab.Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya.

KONSEP-KONSEP BUDAYA DASAR
Manusia dan Keadilan Keadilan merupakan salah satu modal dasar bagi kehidupan terartur manusia. Keadilan mengacu suatu tindakan baik bagi kehidupan yang mesti dilakukan oleh setiap manusia. Manusia dan Penderitaan Penderitaan adalah rasa tidak menyenangkan yang setiap orang secara kemanusiaan ingin menghindarinya. Ini melengkapi ciri paradoksal yang menandai eksistensi manusia di dunia. Manusia dan Cinta Kasih Cinta kasih adalah perasaan suka kepada seseorang yang disertai dengan belas kasih dan kemesraan. Cinta merupakan sikap dasar ideal yang memungkinkan dimensi sosial manusia menemukan bentuknya yang khas manusiawi. Manusia dan Tangung Jawab Tanggung jawab adalah kewajiban melakukan keharusan tugas tertentu. Dasar tanggung jawab adalah hakekat keberadaan manusia sebagai mahluk yang mau menjadi baik dan memeperoleh kebahagiaan. Manusia dan Pengabdian Pengabdian diartikan sebagai perihal perilaku berbakti atau meperhamba diri kepada tugas yang (dianggap) mulia. Manusia dan Pandangan Hidup Pandangan hidup berkenan dengan eksistensi manusia di dunia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama dan dengan alam tempat kita berdiam. Manusia dan Keindahan Eksistensi manusia di dunia diliputi oleh keindahan. Manusia tidak hanya penerima pasif tetapi juga pencipta keindahan bagi kehidupan. Manusia dan Kegelisahan Kegelisahan adalah merupakan gambaran keadaan seseorang yang tidak tentram (hati maupun perbuatannya), rasa khawatir, tidak tenang dalam tingkah laku. Kegelisahan adalah salah satu ekspresi kecemasan. Peran/Fungsi Akai, Perasaan, dan Karsa Peran dan fungsi cipta, rasa, karsa merupakan faktor dominan bagi lahirnya kebudayaan. Dengan akal/cipta manusia senantiasa berfikir, merenung menggagas, menginterpretasikan segala macam realitas, kehidupan yang dihadapi. Karenanya ia juga mempunyai gagasan-gagasan, angan-angan, harapan dan cita-cita dalam hidupnya. Tak terkecuali ia juga memikirkan kebutuhan hidupnya dan tata cara untuk mewujudkannya, baik yang berupa materi maupuan non materi, kebutuhan saat ini (didunia) maupuan saat nanti (di akhirat). Sebagai contoh: manusia (person/individu) untuk hidup harus makan. Maka ia berfikir yang harus dimakan,: mengapa harus makan, bagaimana caranya makan dan untuk apa ia makan. Dengan akalnya atau daya ciptanya manusia dapat mencari jawaban tentang sesuatu yang dapat dimakan. Berikut alasan-alasannya, tata cara/prosedurnya dan tujuannya ia makan, selain itu ia juga dapat berkembang ide-idenya, harapannya, gagasannya dan cita-citanya tentang sesuatu yang dapat dimakan, alasan dan tata caranya dalam hal makan serta tujuannya dalam soal makan. Contoh lain seperti manusia (makhluk sosial) hidup diantara manusia lainnya. Karena memiliki akal ia berfikir bagaimana seharusnya agar dapat hidup baik dengan sesamanya. Ia meiliki harapan gagasan, cita-cita dan ide tentang hidup yang baik ialah saling-menghormati dan menghargai, tolong menolong dengan penuh toleransi, semertara pola hidup yang baik adalah kebutuhan manusia berbudaya. Manusia sebagai makhluk budaya selain memiliki akal juga mempunyai perasaan atau hati nurani oleh sebab itu manusia selalu dan pasti menghayati dan merasakan segala macam fenomena kehidupan seperti kesedihan, kejujuran, kebaikan, keadilan, keindahan, tanggung jawab, ketentraman, kedamaian, cinta kasih dan sebagainya yang menjadi realita kejiwaan atau psikologis. Berdasar perasaan atau nurani manusia memiliki cita, rasa yang menjadi kualitas atau ide-ide dalam hidupnya. Manifestasi fenomena psikologis seperti rasa sedih, gugup, adil, baik, indah, damai, tentram, bahagia, cinta, tanggung jawab, dan sebagainya itu; dalam realita kehidupan manusia selain dapat diidenlifikasi malalui berbagai bentuk sikap, perilaku tindakan dan raut wajah (pancaran cahaya) biasanya juga berupa berbagai bentuk ekspresi seni yang beraneka ragam jenisnya. Kebutuhan Makhluk Budaya pada hakekatnya manusia adalah mahluk mono plucal /majemuk tunggal terdiri dari susunan kodrat (jasmani-rochani), sifat kodrat (individu sosial) serta kedudukan kodrat (pribadi mandiri-makhluk Tuhan). Susunan, sifat dan kedudukan kodrat manusia yang terdiri dua unsur tersebut. pada hakekatnya tidak dapat dlipisah-pisahkan dan bediri sendiri-sendiri meskipun hanya dalam pemikiran. Oleh sebab itu manusia hakekatnya adalah monodualis/dwitunggal. berdasarkan susunan kodratnya yang dwitunggal/monodualis, yakni terdiri dari jasmani dan rochani, maka kebutuhan makhluk budaya pun juga mancakup aspek jasmaniah dan rochaniah. Kebutuhan jasmaniah pada umumnya bersifat material seperti makan, minum, sandang tempat tinggal dan peralatan-peralatan lain yang berbentuk konkrit atau kebendaan, sedangkan kebutuhan rochaniyah biasanya berupa non materi, seperti kepuasan hati, kebahagiaan, ketentraman, kedamaian, keindahan, keadilan, kebaikan, kejujuran, tanggung jawab, dan kepercayaan /keyakinan yang sifatnya spiritual dan religius. Contoh: Makhluk manusia butuh makan dan minum untuk mempertahankan hidup, tetapi juga butuh ketenangan batin, kedamaian dalam hidupnya. Butuh kasih sayang dari orang tua dan keluarganya. Tetapi manusia juga butuh beribadah dan berdo'a, menyerahkan diri dan mengakui keberadaan Tuhan sebagai kausa prima. Menunrt sifat Kodratnya (monodualis/dwitunggal) yakni sebagai makhluk individu dan sosial, kiranya dapat disebutkan jika manusia makhluk budaya mempunyai kebutuhan pribadi yang secara spesifik berbeda dengan individu lainnya. Akan tetapi sebagai makhluk sosial ia juga memiliki kebutuhan yang sama dengan orang lainnya, Bentuk kebutuhan individu dapat diindivikasi melalui pemikiran dan perasaan seseorang yang cenderung berbeda antara personal yang satu dengan yang lain. Bahkan juga pada kehendaknya yang senantiasa ingin menjadi yang lebih atau yang paling baik dan antara lainnya. Sementara kebutuhan sosial dapat dipahami dan berbagai kesamaan baik di dalam pikiran dan perasaannya bahkan kehendak/Karsanya. Setiap orang mempunyai keinginan, pikiran.dan perasaan yang sama, yaitu ingin cerdas, baik hati dan suskes.

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

Manusia sejak lahir sampai mati selalu hidup dalam masyarakat, tidak mungkin manusia di luar masyarakat. Aristoteles mengatakan: bahwa makhluk hidup yang tidak hidup dalam masyarakat ialah sebagai seorang malaikat atau seorang hewan. Di India oleh Mr. Singh didapatkan dua orang anak yang berumur 8 tahun dan 1 ½ tahun. Pada waktu masih bayi anak-anak tersebut diasuh oleh srigala dlam sebuah gua. Setelah ditemukan kemudian naka yang kecil mati, tinggal yang besar. Selanjutnya, walaupun ia sudah dilatih hidup bermasyarakat sifatnya masih seperti srigala, kadang-kadang meraung-raung di tengah malam, suka makan daging mentah, dan sebagainya. Juga di Amerika dalam tahun 1938, seorang anak berumur 5 tahun kedapatan di atas loteng.karena terasing dari lingkungan dia meskipun umur 5 tahun belum juga dapat berjalan dan bercakap-cakap.jadi jelas bahwa manusia meskipun mempunyai bakat dan kemampuan, namun bakat tersebut tidak dapat berkembang, nika tidak ada lingkungan. Itulah sebabnya manusia dikatakan sebagai makhluk sosial. Di samping adanya hasrat-hasrat atau golongan instingtif pada manusia masih terdapat factor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup bermasyarakat.

Faktor-faktor itu adalah:

1. Adanya dorongan seksual, yaitu dorongan manusia untuk mengembangkan keturunan atau 
   jenisnya.

2. Adanya kenyataan bahwa manusia adalah serba tidak bisa atau sebagai makhluk    
    lemah.karena itu ia selalu mendesak atau menarik kekutan bersama, yang terdapat 
    dalam perserikatan dengan orang lain.

3. Karena terjadinya habit pada tiap-tiap diri manusia. Manusia bermasyarakat karena ia 
    telah biasa mendapat bantuan yang berfaedah yang diterimanya sejak kecil dari 
    lingkungannya.

4. Adanya kesamaan keturunan, kesamaan territorial, nasib, keyakinan/cita-cita, 
    kebudayaan, dan lain-lain. Secara alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya, 
    manusia sebagai pelaku dan sekaligus dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Perlakuan   
    manusia terhadap lingkungannya sangat menentukan keramahan lingkungan terhadap 
    kehidupannya sendiri. Manusia dapat memanfaatkan lingkungan tetapi perlu memelihara 
    lingkungan agar tingkat kemanfaatannya bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan. 
    Bagaimana manusia mensikapi dan mengelola lingkungannya pada akhirnya akan 
    mewujudkan pola-pola peradaban dan kebudayaan.

        Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial, karena ada faktor-faktor , yaitu:
       a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
          b. perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
          c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. 
          d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
    Interaksi Sosial dan Sosialisasi

  a. Interaksi Sosial Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. 
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dala pikiran danb tindakana. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial.

Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut :


a.  Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.
b.  Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari dirinya sendiri maupuhn dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi sosial adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
c.   Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
d. Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain perasaan seperti juga pada proses identifikasi.

a.  Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Bentuk-bentuk intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai pada akomodasi. Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam pross sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi sosial, yaitu:

a.  Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
b. Proses Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan pertentangan pertikain. Adapun interaksi yang pokok proses-proses adalah:
  •      Bentuk Interaksi Asosiatif 
  1.    Kerja sama (cooperation) Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama, yaitu: v Bargainng, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih. Cooperation, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu carta untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan  Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempynyai tujuan yang sama. 
  2.     Akomodasi (accomodation) Adapun bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya: v Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan. Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Arbiration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak sanggup untuk mencapainya sendiri Meditation, hampir menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga yang retial dalam persoalan yang ada. Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi tercapainya suatu tujuan bersama. Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangan. Adjudication¸ yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan.

  •      Bentuk Interaksi Disosiatif 
a. Persaingan (competition) Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan kekerasan.

  1.     Kontraversi (contaversion) Kontraversi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan. Kontaversi ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
  2.      Pertentangan (conflict) Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan pribadi, pertentangan rasional, pertentangan kelas sosial, dan pertentanfan politik.
  3.      Sosialisasi Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116). Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized other. Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya. Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self. Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu. Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.
  4.      Bentuk dan Pola Sosialisasi
        ·       Bentuk-bentuk Sosialisasi
             Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung 
                  sepanjang hidup manusia. Dalam kaitan inilah para 
                  pakar berbicara mengenai bentuk-bentuk proses 
                  sosialisasi seperti sosialisasi setelah masa kanak-
                  kanak, pendidikan sepanjang hidup, atau pendidikan 
                  berkesinambungan.
   ·     Pola-pola Sosialisasi
     Pada dasarrnya kita mengenal dua pola sosialisasi, yaitu 
       pola represi yang menekankan pada penggunaan 
       hukuman terhadap kesalahan. Dan pola partisipatori 
       yang merupakan pola yang didalamnya anak diberi 
       imbalan manakala berperilaku baik dan anak menjadi 
       pusat sosialisasi.

·       Masyarakat dan Komunitas
   a.  Masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektifitas 
        manusia yang melakuakn antar hubungan, sedikit 
        banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan 
        tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara 
        berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. 
        Unsur-unsur masyarakat yaitu: kumpulan orang, sudah 
        terbentuk dengan lama, sudah memiliki sistem dan 
        struktur sosial tersendiri, memiliki kepercayaan, 
        sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama, adanya 
        kesinambungan dan pertahanan diri, dan memiliki 
        kebudayaan.
              Masyarakat Setempat (community) Masyarakat 
        setempat menunjukan pada bagianmasyarakat yang 
        bertempat tinggal disatu wilayah (dalam arti 
        geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor 
        utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang 
        lebih besar diantara anggota-anggotanya, 
        dibandingkan interaksi dengan penduduk diluar batas 
        wilayahnya.

   b.  Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota Menurut 
        Soerjono Soekamto, masyarakat kota dan desa 
        memiliki perhatian yang berbeda, khususnya terhadap 
        perhatian keperluan hidup. Di desa, yang diutamakan 
        adalah perhatian khusus terhadap keperluan pokok, 
        fungsi-fungsi yang lain diabaikan. Lain dengan 
        pandangan orang kota, mereka melihat selain 
        kebutuhan pokok, mereka melihat selain kebutuhan 
        pokok, pandangan sekitarnya sangat mereka 
        perhatikan.

   c.   Masyarakat Multikultural Perlu diketahui, ada tiga 
       istilah yang digunakan secara bergantian untuk 
       mengambarkan masyarakat yang terdiri atas agama, 
       ras, bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu pluralitas, 
       keragaman, dan multikultural. Konsep pluralitas 
       menekankan pada adanya hal-hal yang lebih dari satu 
       (banyak). Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya 
       yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen, dan 
       bahkan tidak dapat dipersamakan. Sementara itu, 
       konsep multikultralisme sebenarnya merupakan konsep 
       yang relatif baru. Inti dari multikulturalisme adalah 
       kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai 
       kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, 
       etnik, gender, bahasa ataupun agama. Jadi, apabila 
       pluralitas hanya menggambarkan kemajemukan, 
       multikulturalisme meberikan penegasan bahwa dengan 
       segala perbedaannya itu mereka adalah sama diruang 
       publik.

                        Pengaruh Multikultural Terhadap Kehidupan  
                 Beragama, Bermasyarakat, Bernegara dan Kehidupan 
                 Global Problematika yang muncul dari keragaman yaitu 
                 munculnya berbagai kasus disintegrasi bangsa dan 
                 bubarnya sebuah negara, dapat disimpulkan adanya 
                 lima faktor utama yang secara gradual bisa menjadi 
                 penyebab utama proses itu, yaitu: kegagalan 
                 kepemimpinan, krisis ekonomi yang akut dan  
                 berlangsung lama, krisis politik, krisis sosial, dan 
                 intervensi asing. Realitas keragaman budaya bangsa ini 
                 tentu membawa konsekuensi munculnya persoalan 
                 gesekan antar budaya, yang mempengaruhi dinamika 
                 kehidupan bangsa sebagai kelompok sosial, oleh sebab 
                 itu kita harus bersikap terbuka melihat semua 
                 perbedaan dalam keragaman yang ada, meenjunjung 
                 tinggi nilai-nilai kesopanan, dan menjadikan keragaman 
                 sebagai kekayaan bangsa, alat pengikta persatuan 
                 seluruh masyarakat dalam kebudayaan yang beraneka 
                 ragam.


No comments:

Post a Comment