Wednesday, November 13, 2013

TULISAN OPINI

KURIKULUM 2013 DAN UJIAN NASIONAL (UN)



Setiap tahun masyarakat kita selalu ribut masalah UN,apalagi dng tertundanya pelaksanaan UN tahun ini. ada yg memaksa agar UN di hapus,ada yg ingin tetap dilakasanakan. saya lebih cendrung melihat dari sisi pendidikan dimanapun didunia pasti ada yg namanya evaluasi akhir untuk mengukur seorang siswa berhasil atau tidak pada jenjang tertentu.UN adalah salah satu upaya utk mengukur standar pendidikan secara nasional,apabila tidak ada UN justru akan menimbukan ketimpangan yg sangat menghawatirkan antara satu daerah dng daerah lainnya,krn masing2 daerah akan lebih menonjolkan kedaerahannya. yang membuat UN itu menjadi ajang kecurangan adalah karena gengsinya para penguasa didaerah, sehingga mehalalkan segala cara agar seluruh siswanya lulus (100%). mari kita lihat TUJUAN dari UN itu,jangan kita melihat dr sisi kekuranganya saja.

Maslah kurikulum 2013, semestinya memang kurikulum itu harus dievaluasi dan disempurnakan setiap 10 tahun. KTSP hampir 10 tahun sudah dilaksanakan,klu ada guru yg belum paham terhadap KTSP semestinya dicari penyebabnya, mungkin gurunya tidak mau meningkatkan diri, biar dikasi waktu 20 tahun mereka akan tetap tidak paham, karena kenyataanya ketika ada pelatihan,workshop dll, apabila guru disuruh menyusun silabus,RPP sebagian besar guru mengcopy yg sudah ada. jarang guru mau mengembangkan diri utk menyusun RPP sesuai dengan situasi dan kondisi sekolahnya. klu sudah seperti ini wajar guru belum paham menyusun silabus maupun RPP.

Di harapkan kurikulum 2013 segera disosialisasikan, ke sekolah dan guru2 melalui MGMP di setiap kabupaten dengan memberikan dana blockgrand kepada MGMP di seluruh Indonesia sebelum diterapkan di sekolah.

Menurut saya perubahan kurikulum memang penting agar tidak ketinggalan jaman tapi mau dirubah seperti apapun kalau komitmen guru-guru dalam mengajar tidak dibangun dengan baik maka kurikulum sebaik apapun tidak akan menghasilkan apa-apa,menurut saya sekarang yang tepat adalah membangun SDM supaya menjadi guru yg berkarakter.



Neria Chairunnisa - 15611134
3SA01 (Jurnalistik - Opini)
GUNADARMA UNIVERSITY

TULISAN INVESTIGASI

DI BALIK NAMA BESAR SEORANG ARTIS


Di balik kesuksesan nama besar seorang artis sangat melekat dengan yang namanya "FANS", dan perkumpulan itu di sebut "FANBASE". Fanbase adalah tempat para fans berkumpul, bertukar pikiran dan bercerita kepada para fans lainnya. Untuk mendirikan sebuah fanbase tentunya di butuh seseorang untuk mejadi admin, biasanya sebuah fanbase di lakukan melalui social media, seperti facebook dan twitter. Yang dilakukan oleh seorang admin dalam sebuah fanbase adalah memberikan informasi-informasi untuk para fans lainnya.



Ketika diwawancarai sang admin mengatakan bahwa sebelumnya tidak terpikir olehnya untuk mendirikan fanbase ini. Namun kemudian, ia berpikir kembali untuk medirikannya. Di benak sang admin dia mengatakan "sungguh menyenangkan bukan untuk berkumpul dan melakukan sesuatu hal yang disukai secara bersama-sama?"



Si Admin mengataka bahwa waktu awal dirinya mendirikan fanbase, fanbase-nya hanya memiliki sedikit followers. Namun, diiringi dengan usahanya dengan memberikan informasi yang berkualitas dan menarik, semakin bertambah banyaklah followers-nya. Satu trik yang benar-benar harus di punya oleh seorang admin fanbase adalah rutin mengikuti perkembangan artis itu sendiri dengan rendah hati dan ramah.



Terkadang menjadi seorang admin dari sebuah fanbase banyak suka duka yang di dapatnya, seperti dukanya terkadang waktu yang produktif sedikit terbuang walaupun menjadi admin juga produktif. Sukanya kita jadi mendapatkan banyak untuk kerja selain itu juga menambah teman.



Dan biasanya harapan dari seorang admin dari sebuah fanbase itu adalah fans tetap terus mendukung idola mereka tidak mendukung sekedar zamannya dan mereka dapat bertemu langsung dengan idola mereka tersebut. Sang admin pun menambahkan harapan untuk artis idolanya agar jangan berubah, dan untuk terus melanjutkan karya-karyanya yang luar biasa.





Neria Chairunnisa - 15611134
3SA01 (Jurnalistik - Investigasi)
GUNADARMA UNIVERSITY

TULISAN FEATURE

Aswin Noviansah: Belajar itu Tuntutan Hidup!


Oleh Neria Chairunnisa

Keringat yang menetes tak menghalangi terkembangnya sebuah senyum di bibirnya saat kami bertemu. Raut wajahnya sedikit lelah, namun ia toh tak menggubrisnya. Dari serambi Musala FIB UI, Aswin Noviansah bercerita tentang idealismenya dalam menuntut ilmu.

Lelaki berumur 21 tahun ini sekarang tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Indonesia di Universitas Indonesia. Namun, pada transisi tahun 2009-2010, ia tak lebih dari seorang karyawan lulusan STM N Pembangunan (sekarang SMK Negeri 26) yang bimbang tentang masa depannya. Pada saat itu, gaji bulanan telah ia dapatkan sebagai seorang drafter di sebuah perusahaan konsultan bangunan di kawasan Pasar Minggu.

Mimpi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tentu merupakan sebuah dilema karena kuliah akan membuatnya mengorbankan pekerjaannya. Hal itu belum termasuk biaya kuliah yang harus ia tanggung. Mengandalkan orang tua jelas tak mungkin. Profesi ayahnya sebagai guru mengaji di sebuah musala dekat rumah hanya cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari sekaligus sekolah adiknya. Sebagai sulung, ‘anak STM’ ini diharapkan mampu membantu keluarga secara finansial, setidaknya dengan cara mencukupi kebutuhan pribadinya sendiri. Namun, sekali lagi, ia ingin kuliah.

Mengapa ia begitu ingin kuliah? Bukankah orang tuanya menyekolahkan di STM agar cepat bekerja?
“Mengikuti kata hati. Saat itu bukan lagi pertimbangan-pertimbangan ribet nan memusingkan, tetapi sudah dalam tataran jiwa. Saat itu pun sudah kerja, tetapi memang ‘keinginan’ ada di kuliah. Jadi, itulah pilihannya,” jawab pria yang akrab dipanggil Ewin ini.

Awal Januari 2010 merupakan momen penting baginya. Saat itu, Ewin menetapkan hati untuk serius menggapai cita-cita mengenyam bangku kuliah. Berbekal gajinya sebagai seorang perancang ruang bangunan, pria yang berdomisili di Kandangsampi, Klender, ini nekat masuk bimbingan belajar (bimbel) untuk memahami pelajaran IPS SMA. Waktu luang sekecil apapun dimanfaatkannya untuk belajar, baik di kantor maupun di dalam Metromini. Targetnya jelas: lulus SIMAK UI 2010.

Tiga bulan menyulap diri menjadi anak SMA sambil menjalani pekerjaan sebagai drafter terlihat seperti sebuah kegilaan tersendiri bagi Ewin. Sempat ia berpikir bahwa ini merupakan suatu pertaruhan yang tak berguna. Realitas yang hadir dalam wacana ‘bagaimana bayar biayanya?’ hadir untuk menghalangi idealisme yang mulai berkembang.

“Sebetulnya harapan saya sudah punah saat itu. Dan itu berhubungan dengan materi (biaya). Namun, kali ini mentor saya berkata dengan lantang, ‘Duit nanti aja dipikirin. Sekarang fokus belajar!! Emanglu udah yakin bisa lolos?’ Ucapannya bikin saya semangat lagi,” kenangnya.

Untuk membentengi diri dari pesimisme yang mulai melanda, ia mencari dukungan sana-sini. Buku The Secret karangan Rhonda Byrne, cerita seorang mahasiswa luar kota yang berhasil masuk UI dengan biaya pas-pasan, serta nasihat dari seorang teman nyatanya berhasil mendongkrak motivasinya hingga ia ‘kembali ke jalan yang benar’. Ewin kembali memaknai kekuatan sebuah mimpi yang belakangan dianggap klise bagi sebagian orang. Ia dengan bersemangat menggapai mimpi itu agar menjadi suatu kenyataan yang bisa diraih.

Waktunya tiba. Maret 2010, ia menjalani Seleksi Masuk Universitas Indonesia (SIMAK UI). Di lokasi ujian, ia sempat bertemu teman lama satu sekolah yang ternyata memiliki ‘kegalauan’ yang sama untuk banting setir dari dunia teknik. Bersama-sama, mereka berdoa agar dapat bertemu lagi sebagai mahasiswa di kampus yang sama.

Segala puji bagi-Nya. Beberapa bulan setelah ujian, Ewin dinyatakan masuk UI. “Waktu itu, saya langsung lari keliling terminal Rawamangun sambil teriak-teriak saking senengnya.” Sambil tetap berdoa, pria Betawi ini bersiap untuk menyempurnakan ikhtiarnya. Ia mengundurkan diri dari pekerjaannya, meminta keringanan biaya dari pihak kampus, serta memikirkan pekerjaan sambilan agar dapat membiayai kuliahnya. Selain itu, program beasiswa dari pemerintah pun dibidiknya.

Tuhan tak ragu mencurahkan rizki padanya. Saat ia melayangkan permintaan pengunduran diri, atasan justru membolehkannya tetap bekerja sambil menyesuaikan dengan jadwal kuliah. Ewin tak kehilangan penghasilan bulanannya. Rencananya ‘direvisi’ oleh Sang Mahapencipta.

Rejeki lain datang. Biaya kuliah yang tadinya 5 juta rupiah sebagai uang pangkal dan lima juta rupiah lagi sebagai biaya kuliah per semester ‘terpangkas’ menjadi 300 ribu rupiah (uang pangkal) dan 2 juta (biaya kuliah per semester). “Ini karena saya menunjukkan kemiskinan saya, hahahaha….” Ewin tergelak.

Kedua rizki di atas akhirnya sempurna oleh rizki ketiga. Ewin mendapatkan Beasiswa Bidik-Misi dari Kemendiknas sebesar Rp5 juta. “Dua juta saya alokasikan untuk biaya kuliah, sisanya untuk biaya hidup.”

Apa rahasia dibalik pencapaiannya selama ini?

“Rahasianya nggak ada...kecuali yakin sama kekuatan dahsyat kita sendiri dan percaya bahwa hasilnya nanti adalah yang terbaik buat kita. Nothing to lose, istilahnya.”

Sebagai penutup perbincangan kami siang itu, dengan tatapan matanya yang cerah dan senyumnya yang khas, Ewin berpesan untuk anak sekolah yang mengalami keterbatasan biaya namun tetap ingin melanjutkan pendidikannya.

“Ketika masih dalam usia anak dan remaja, jangan pernah berpikir bahwa bekerja lebih baik ketimbang belajar (sekolah). Belajar itu wajib, musti, kudu. Belajar itu tuntutan hidup. Belajar itu sampai akhir hayat. Berusahalah terus untuk bersekolah.”

Terima kasih, Ewin! Kau dan perjuanganmu telah menginspirasi kami....



Neria Chairunnisa - 15611134
3SA01 (Jurnalistik - Feature)
GUNADARMA UNIVERSITY

TULISAN NEWS

TAWURAN PELAJAR


     Pelajar SMAN 70 dan SMAN 6 terlibat tawuran, Selasa (13/11/2013)

Jakarta, (13/11) Puluhan pelajar semua sekolah ternama di Jakarta terlibat aksi tawuran, Rabu (13/11/2013). Satu diantara mereka sempat di keroyok lawan sebelumnya hingga wajahnya lebam.

Tawuran ini terjadi daerah sekitar kawasan Blok M, yang tepatnya di belakan Blok M Plaza. Tawuran ini sering kali terjadi setelah sepulang sekolah. Menurut warga sekitar tawuran di picu oleh satu kelompok pelajar dari SMAN 6 yang meneriakan sebuah kata-kata kasar pada sekelompok pelajar SMAN 70, keadaan menjadi memanas setelah sejumlah murid-murid lainnya datang. Jumlah mereka kira-kira 60 orang.


Tawuran sempat di bubarkan oleh warga sekitar karena di takutkan akan jatuh korban, namun para pelajar di picu kembali dengan saling melontarkan kata-kata kasar dan tawuran berpindah di sekitar halte busway Blok M, jumlah pelajar yang terlibat semakin banyak. Bahkan diantara mereka ada sejumlah pemuda tak berseragam dengan menggunakan anting, ikut terlibat dalam aksi tawuran tersebut.

“Karena takut meresahkan orang-orang sekitar dan penumpang trans Jakarta, tawuran di bubarkan oleh sejumlah warga dan polisi. Kedatangan juga wartawan yang membawa sejumlah kamera yang membuat mereka kalang kabut” ujar salah satu warga.



Neria Chairunnisa - 15611134
3SA01 (Jurnalistik - News)
GUNADARMA UNIVERSITY